Pada mata kuliah Biologi Perkembangan, kami melakukan serangkaian praktikum, salah satunya yaitu mengenai perkecambahan serbuk sari tumbuhan.
Pada percobaan perkecambahan serbuk sari ini kami menggunakan serbuk sari dari bunga pepaya (Carica
papaya L) termasuk dalam famili Caricaceae. Perkecambahan serbuk sari pada
praktikum kali ini menggunakan metode secara in vitro. Adapun tujuannya yaitu
untuk mengetahui viabilitas serbuk sari pepaya. Viabilitas polen merupakan
kemampuan untuk hidup yang ditunjukkan oleh pertumbuhan atau gejala
metabolisme. Nilai viabilitas dapat dihitung dengan menggunakan tolok ukur
berupa daya berkecambah (Ruchjaningsih, 1995) dan kecepatan perkecambahan (Lang
dan Parrie dalam Wahyudin 1999). Pengujian viabilitas polen dapat dilakukan
dengan menggunakan empat metode, diantaranya: 1) perkecambahan secara in vitro,
2) pengamatan dengan pewarnaan pada polen, 3) pengujian in vivo melalui
pengamatan tabung polen pada jaringan tangkai putik, 4) mengamati produk benih
yang dihasilkan dari hasil penyerbukan pada pohon sampel. Metode yang dianggap
paling akurat yaitu perkecambahan polen secara in vitro (Galletta, 1983).
Hasil praktikum kelompok kami menunjukan bahwa
serbuk sari yang dikecambahkan secara in vitro menggunakan media sukrosa 10 %
belum mengalami perkecambahan, hal ini disebabkan karena faktor – faktor tertentu. Perkecambahan polen akan terjadi
bila kondisi lingkungan mendukung. Faktor – faktor yang mempengaruhi
perkecambahan polen secara in vitro antara lain : spesies tanaman, waktu
pengumpulan polen, musim, metode pengambilan polen, penyimpanan, kerapatan
polen, dan kondisi lingkungan perkecambahan seperti suhu, media, dan pH (Kwack
dalam Galleta, 1983). Waktu pengumpulan polen tergantung dari: 1) fase
kemasakan ditentukan oleh ukuran, warna dan jumlah antera yang telah pecah pada
suatu bunga, 2) jumlah bunga mekar dalam satu periode pembungaan. Antera yang diambil
prematur tidak akan menghasilkan polen secara normal atau menghasilkan polen
sedikit. Polen yang mempunyai kualitas tinggi diperoleh dari antera bunga
jantan yang sudah pecah dan siap untuk melakukan penyerbukan (Galleta, 1983).
Pengambilan bunga pepaya untuk perkecambahan polen sebaiknya
dilakukan satu hari sebelum antesis
karena masih terlindung dari gangguan serangga. Suhu optimum untuk
perkecambahan polen spesies buah-buahan sekitar 20 - 30oC (Galleta,
1983). Menurut Darjanto dan Satifah (1990) suhu yang cocok untuk perkecambahan
polen secara in vitro sekitar 15 - 35oC sedangkan suhu optimumnya
berkisar pada 25oC. Pada suhu sekitar 40 - 50oC polen
tidak akan berkecambah, karena pada suhu tinggi terjadi penguapan sehingga
polen akan mengering. Sebaliknya jika suhu terlalu rendah, misalnya di bawah 10oC
polen tidak akan berkecambah, karena pada suhu ini polen dehidrasi dan akan
mengerut. Polen yang mempunyai viabilitas tinggi akan berkecambah dengan
normal.
Polen pepaya mempunyai ukuran sekitar 35 x 30 µm.
Secara umum tabung polen dianggap normal apabila memiliki panjang lebih dari
atau sama dengan diameter polen (Galletta, 1983). Hoekstra (1982) menyatakan
bahwa pada beberapa spesies tanaman Angiospermae, polen akan berkecambah dalam
waktu 20 - 70 menit dengan panjang tabung polen mencapai 200 – 300 µm untuk
setiap jamnya. Polen yang mempunyai viabilitas tinggi akan berkecambah dengan
normal.
Secara umum tabung polen dianggap normal apabila
memiliki panjang lebih dari atau sama dengan diameter polen (Galletta, 1983).
Hoekstra (1982) menyatakan bahwa pada beberapa spesies tanaman Angiospermae,
polen akan berkecambah dalam waktu 20 - 70 menit dengan panjang tabung polen
mencapai 200 – 300 µm untuk setiap jamnya. Tabung polen dikatakan abnormal jika
tidak memenuhi kriteria diantaranya tidak mencapai sama atau dua kali lipat
diameter polen. Buyyukartal (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan tabung polen
secara keseluruhan pada perkecambahan polen bunga pepaya secara in vitro
terhenti karena beberapa faktor diantaranya adalah pembentukan kalus,
pembengkakan, percabangan, dan pecahnya tabung polen. Ketidaknormalan tabung
polen merupakan penghambat pembuahan.