Selasa, 05 Juni 2012

Perkecambahan serbuk sari Carica papaya


Pada mata kuliah Biologi Perkembangan, kami melakukan serangkaian praktikum, salah satunya yaitu mengenai perkecambahan serbuk sari tumbuhan.
Pada percobaan perkecambahan serbuk sari ini kami menggunakan serbuk sari dari bunga pepaya (Carica papaya L) termasuk dalam famili Caricaceae. Perkecambahan serbuk sari pada praktikum kali ini menggunakan metode secara in vitro. Adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui viabilitas serbuk sari pepaya. Viabilitas polen merupakan kemampuan untuk hidup yang ditunjukkan oleh pertumbuhan atau gejala metabolisme. Nilai viabilitas dapat dihitung dengan menggunakan tolok ukur berupa daya berkecambah (Ruchjaningsih, 1995) dan kecepatan perkecambahan (Lang dan Parrie dalam Wahyudin 1999). Pengujian viabilitas polen dapat dilakukan dengan menggunakan empat metode, diantaranya: 1) perkecambahan secara in vitro, 2) pengamatan dengan pewarnaan pada polen, 3) pengujian in vivo melalui pengamatan tabung polen pada jaringan tangkai putik, 4) mengamati produk benih yang dihasilkan dari hasil penyerbukan pada pohon sampel. Metode yang dianggap paling akurat yaitu perkecambahan polen secara in vitro (Galletta, 1983).

 Foto serbuk sari bunga Pepaya (Carica papaya L ) yang dikecambahkan secara in vitro menggunakan media sukrosa 10 %


Hasil praktikum kelompok kami menunjukan bahwa serbuk sari yang dikecambahkan secara in vitro menggunakan media sukrosa 10 % belum mengalami perkecambahan, hal ini disebabkan karena faktor – faktor  tertentu. Perkecambahan polen akan terjadi bila kondisi lingkungan mendukung. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkecambahan polen secara in vitro antara lain : spesies tanaman, waktu pengumpulan polen, musim, metode pengambilan polen, penyimpanan, kerapatan polen, dan kondisi lingkungan perkecambahan seperti suhu, media, dan pH (Kwack dalam Galleta, 1983). Waktu pengumpulan polen tergantung dari: 1) fase kemasakan ditentukan oleh ukuran, warna dan jumlah antera yang telah pecah pada suatu bunga, 2) jumlah bunga mekar dalam satu periode pembungaan. Antera yang diambil prematur tidak akan menghasilkan polen secara normal atau menghasilkan polen sedikit. Polen yang mempunyai kualitas tinggi diperoleh dari antera bunga jantan yang sudah pecah dan siap untuk melakukan penyerbukan (Galleta, 1983).
Pengambilan bunga pepaya untuk perkecambahan polen sebaiknya dilakukan satu hari  sebelum antesis karena masih terlindung dari gangguan serangga. Suhu optimum untuk perkecambahan polen spesies buah-buahan sekitar 20 - 30oC (Galleta, 1983). Menurut Darjanto dan Satifah (1990) suhu yang cocok untuk perkecambahan polen secara in vitro sekitar 15 - 35oC sedangkan suhu optimumnya berkisar pada 25oC. Pada suhu sekitar 40 - 50oC polen tidak akan berkecambah, karena pada suhu tinggi terjadi penguapan sehingga polen akan mengering. Sebaliknya jika suhu terlalu rendah, misalnya di bawah 10oC polen tidak akan berkecambah, karena pada suhu ini polen dehidrasi dan akan mengerut. Polen yang mempunyai viabilitas tinggi akan berkecambah dengan normal.
Polen pepaya mempunyai ukuran sekitar 35 x 30 µm. Secara umum tabung polen dianggap normal apabila memiliki panjang lebih dari atau sama dengan diameter polen (Galletta, 1983). Hoekstra (1982) menyatakan bahwa pada beberapa spesies tanaman Angiospermae, polen akan berkecambah dalam waktu 20 - 70 menit dengan panjang tabung polen mencapai 200 – 300 µm untuk setiap jamnya. Polen yang mempunyai viabilitas tinggi akan berkecambah dengan normal.
Secara umum tabung polen dianggap normal apabila memiliki panjang lebih dari atau sama dengan diameter polen (Galletta, 1983). Hoekstra (1982) menyatakan bahwa pada beberapa spesies tanaman Angiospermae, polen akan berkecambah dalam waktu 20 - 70 menit dengan panjang tabung polen mencapai 200 – 300 µm untuk setiap jamnya. Tabung polen dikatakan abnormal jika tidak memenuhi kriteria diantaranya tidak mencapai sama atau dua kali lipat diameter polen. Buyyukartal (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan tabung polen secara keseluruhan pada perkecambahan polen bunga pepaya secara in vitro terhenti karena beberapa faktor diantaranya adalah pembentukan kalus, pembengkakan, percabangan, dan pecahnya tabung polen. Ketidaknormalan tabung polen merupakan penghambat pembuahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar